Just for you..

Hai, cinta. Melalui tulisan ini aku ingin mengajakmu untuk mengenalku lebih baik, agar kita bisa saling mengerti karakter kita masing-masing, dan mampu memposisikan diri kita menurut yang semestinya. Tak pasti benar apa yang kulakukan ini akan berakibat baik atau buruk bagi hubungan pertemanan kita selanjutnya. Barangkali ini adalah satu-satunya cara untuk mengatasi ketidakmampuanku berbicara langsung kepadamu. Entah bagaimana aku bisa memiliki perasaan ini terhadapmu. Semuanya terjadi begitu saja. Sepertinya, ada sesuatu yang memaksaku untuk merasakan getaran-getaran itu di sekujur tubuhku. Jujur, aku memang sering mencuri pandang untuk sekadar menikmati hangatnya pesonamu. Ya, sepasang matamu yang indah itu, yang selalu membuat hatiku bergejolak, telah mengujud menjalin nuansa tertentu di dalam benakku. Dan sepertinya akan bertahan lama. Semuanya berawal dari kebiasaanku memandangi peta-peta di tubuhmu, hingga akhirnya aku menemukan sepasang mata itu di wajahmu. Seperti menatap pelangi sehabis hujan dibawah pepohonan rindang, sorot matamu begitu menenangkanku, Hana. Kau tahu? aku jatuh cinta padamu karenanya. Kusadari sepenuhnya rasa ini tak seharusnya kumiliki. Tapi, kau membiarkanku untuk menyelami dalamnya perasaan ini. Sedari dulu, aku sudah memiliki sifat bosan. Bosan di gelapnya rahim ibu, aku keluar dari perut ibu. Bosan menangis, aku belajar berkata-kata. Bosan merangkak, aku belajar duduk, lalu berjalan dan berlari. Bosan menjadi anak-anak, aku berubah menjadi remaja. Bosan menjadi remaja, aku mencoba untuk dewasa, lalu bekerja, lalu bosan lagi, dan bekerja lagi, dan bosan lagi. Hidupku menjadi tak lebih dari sebuah rutinitas belaka. Berangkat pagi, pulang sore. Tak ada yang istimewa. Saban hari hanya berpura-pura menikmati hidup saja. Padahal, sama sekali tidak. Kemudian, sepertinya semua mulai berubah semenjak aku menemukan sepasang mata itu di wajahmu. Aku tak pernah merasa bosan untuk memandanginya. Seperti menemukan kembali sesuatu yang telah lama hilang, sesuatu yang sangat berarti bahkan teramat istimewa, yang dulu pernah kumiliki. Sejak hari itu, aku semakin jauh memasuki alam pesonamu yang menawanku didalam kebisuanku. Sungguh, meski itu hanya akan semakin meneguhkan ketololanku di hadapanmu, aku tak peduli. Aku sedang menikmati perasaan ini, Hana. Kalaupun rasa ini hanya sebatas masa, aku akan tetap menikmatinya sampai rasa ini akan hilang dengan sendirinya. Hana, terimakasih, karena sepasang matamu, aku mulai menikmati hidupku lagi. Gairah hidupku yang lama mati seolah tumbuh melesat tinggi, setinggi langit yang terlihat biru hari ini. Hana, sekali lagi, terimakasih. -## Ah, jangan terlalu kau pikirkan atas apa yang ku ungkapkan ini kepadamu. Aku tak bermaksud apa-apa. Apa lagi berniat untuk mengusikmu. Anggap saja ini hanya sebatas omongan yang melantur. Kalau perlu, lupakan saja kau pernah membaca tulisan ini. Sumpah, apa yang kulakukan ini adalah murni hanya sekadar ingin berbagi kisah, tentang sebuah cerita dari riwayat sepasang mata yang telah mampu melahirkan cinta. Aku tahu, apa yang kulakukan ini salah. Tak seharusnya kubiarkan perasaan ini terus bersemi di relung hati. Tapi, aku tak kuasa untuk menahannya. Kau harus mengerti, aku tak ingin kehilangan momen ini. Sudah terlalu lama aku tak merasa kasmaran, Hana. Namun, meskipun begitu, setidaknya aku telah melakukan satu hal yang benar dengan menulis riwayat ini kepadamu. Tolong ya, jaga mimpi-mimpiku dalam benakmu. Aku tak ingin ada orang lain yang tahu. Aku mencintaimu. Selamat tahun baru.........